Ketika Bupati Baru Diuji oleh Beban Rp58 Miliar
Saat baru saja menjabat sebagai Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Safaruddin langsung dihadapkan pada tantangan besar yang mungkin membuat banyak orang gentar: utang daerah senilai Rp58 miliar. Beban sebesar itu tentu saja bukan perkara ringan, apalagi di masa awal kepemimpinan yang biasanya menjadi periode penyesuaian.
Namun Safaruddin justru menunjukkan karakter kepemimpinan yang tangguh dan tidak mudah mengeluh. Ia memilih untuk bertindak cepat, berpikir strategis, dan menyusun langkah konkret agar beban keuangan ini bisa diselesaikan dengan cara yang terhormat dan transparan.
Strategi Penyelesaian Utang dengan Pendekatan Kolaboratif
Alih-alih mengandalkan APBD atau menunggu bantuan dari pemerintah pusat, Safaruddin memilih langkah transparansi dan kolaborasi. Ia membuka data utang kepada publik, memperjelas siapa saja yang terlibat, dan menyusun langkah-langkah penyelesaian yang logis.
Yang dilakukan meliputi:
-
Audit internal untuk memvalidasi kewajiban utang
-
Dialog dengan para penyedia jasa dan rekanan pemerintah
-
Penjadwalan ulang pembayaran tanpa bunga tambahan
-
Optimalisasi sumber pendanaan alternatif, termasuk dana transfer pusat dan efisiensi belanja operasional
Hasilnya nyata. Dari Rp58 miliar, kini hanya tinggal sekitar Rp17 miliar yang tersisa dan ditargetkan lunas sebelum akhir tahun ini. Progres ini tidak hanya melegakan banyak pihak, tapi juga menumbuhkan kepercayaan bahwa Abdya bisa keluar dari krisis fiskal dengan terhormat.
Program Perbaikan Rumah Warga Miskin Tanpa APBD
Selain menyelesaikan utang, Safaruddin juga mencanangkan program yang tak kalah penting: mewujudkan rumah layak huni bagi warga miskin di Abdya dalam waktu lima tahun ke depan.
Uniknya, program ini tidak menggunakan APBD. Ia menggerakkan kekuatan masyarakat, lembaga zakat, CSR perusahaan, serta relawan lokal untuk membangun dan merehabilitasi rumah-rumah warga yang sebelumnya tidak layak ditinggali.
Kegiatan ini bukan hanya soal fisik bangunan. Ada pendekatan sosial yang kuat. Masyarakat diajak bergotong royong, para pengusaha lokal ikut terlibat, dan organisasi sosial diberi ruang untuk berkontribusi. Semua bergerak dalam semangat kebersamaan.
Untuk menonton video YouTube tentang program ini, telah disediakan pada blog ini. Silakan scroll ke bagian bawah artikel ini.
Aksi Nyata yang Dirasakan Langsung oleh Rakyat
Dampak program ini bisa dirasakan langsung oleh warga. Tak sedikit keluarga yang sebelumnya hidup dalam rumah semi permanen kini bisa menikmati hunian yang lebih sehat dan layak. Anak-anak bisa belajar dengan nyaman, orang tua merasa lebih tenang, dan lingkungan pun jadi lebih tertata.
Berikut gambaran pencapaian program:
Program | Aksi di Lapangan | Dampak yang Dirasakan Masyarakat |
---|---|---|
Pelunasan Utang | Penjadwalan ulang dan efisiensi | Beban keuangan daerah semakin ringan |
Rumah Layak Huni | Kerja sama dengan masyarakat dan CSR | Rumah direhab tanpa APBD |
Pelibatan Masyarakat | Gotong royong dan sumbangan komunitas | Warga lebih peduli terhadap sesama |
Pemantauan & Evaluasi | Monitoring oleh tim independen | Proyek berjalan tanpa penyimpangan |
Kepemimpinan yang Berangkat dari Nurani
Cerita ini bukan hanya tentang manajemen keuangan, tapi tentang kepemimpinan yang berangkat dari empati. Safaruddin memperlihatkan bahwa menjadi kepala daerah bukan hanya soal proyek infrastruktur besar, tapi juga menyentuh aspek-aspek kemanusiaan yang kadang dilupakan.
Ia hadir tidak hanya sebagai pejabat, tapi juga sebagai sahabat masyarakat. Melalui pendekatan langsung ke desa-desa, ia menyerap aspirasi, mencatat kebutuhan, dan merancang solusi yang bisa dieksekusi dalam waktu yang realistis.
Yuk, Bandingkan dengan Daerah Lain
Kita patut bertanya: jika hal seperti ini bisa dilakukan di Abdya, kenapa tidak di tempat lain? Mungkin yang dibutuhkan hanyalah komitmen, kejujuran, dan kemauan untuk menekan ego serta bekerja bersama rakyat.
Pembaca yang budiman, bagaimana dengan daerah tempat tinggal Anda? Apakah program-program sosial dan pendekatan humanis seperti ini sudah dirasakan? Jika belum, mari kita dorong pemimpin lokal agar bisa meneladani semangat ini.
Langkah-langkah yang diambil oleh Safaruddin dalam membenahi kondisi keuangan dan sosial masyarakat Abdya patut mendapat apresiasi. Ia mampu menggabungkan strategi ekonomi yang cerdas dengan pendekatan sosial yang menyentuh hati. Tidak banyak kepala daerah yang berani dan mampu mengambil langkah konkret seperti ini dalam waktu singkat.
Cerita ini mengingatkan kita bahwa perubahan tidak selalu memerlukan dana besar, tetapi memerlukan hati yang besar dan semangat untuk melayani. (asw)
Artikel ini merujuk pada dokumentasi visual melalui video resmi di kanal YouTube Kompas TV.