Smartwatch Mengandung PFAS - Studi Ungkap Bahaya Kesehatan
Gambar Smartwatch Mengandung PFAS - Studi Ungkap Bahaya Kesehatan

Smartwatch Mengandung PFAS – Studi Ungkap Bahaya Kesehatan

Penelitian terbaru di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa tali jam tangan pintar (smartwatch) dari 15 merek mengandung kadar polyfluoroalkyl substances (PFAS) yang tinggi. Zat kimia beracun ini dapat terserap melalui kulit dan dikaitkan dengan risiko kanker serta masalah kesehatan serius lainnya. Temuan ini dipublikasikan oleh tim peneliti dari University of Notre Dame dalam Jurnal Environmental Science & Technology Letters pada Rabu (18/12/2024).

Dari 22 merek smartwatch yang diuji, 15 di antaranya memiliki kandungan PFAS lebih tinggi dibandingkan produk konsumen seperti pakaian atau barang sehari-hari. “Kadar PFAS pada tali smartwatch jauh melebihi yang biasa kami temukan di produk lainnya,” ungkap Graham Peaslee, salah satu penulis studi, seperti dikutip The Guardian (16/1/2025). Meski belum diketahui pasti seberapa banyak PFAS yang bisa menembus kulit, paparan jangka panjang—mengingat smartwatch dipakai berjam-jam di pergelangan tangan—menjadi ancaman yang patut diwaspadai.

Apa Itu PFAS?

PFAS merupakan kelompok bahan kimia sintetis yang mencakup lebih dari 15.000 senyawa. Zat ini dikenal karena sifatnya yang tahan air, noda, dan panas, sehingga sering digunakan dalam produk seperti peralatan masak anti-lengket, kemasan makanan cepat saji, kosmetik, hingga perlengkapan pemadam kebakaran. PFAS dijuluki “bahan kimia abadi” karena sulit terurai di alam dan dapat bertahan di lingkungan, termasuk dalam tubuh manusia dan hewan. Paparan PFAS dikaitkan dengan gangguan kekebalan tubuh, cacat lahir, serta peningkatan risiko kanker.

Baca juga:  6 Smartwatch GPS Murah di Bawah Rp1 Juta untuk Outdoor

Temuan Utama Penelitian

Kadar PFAS Tinggi dalam Tali Smartwatch

Studi ini menemukan bahwa kadar PFAS pada tali smartwatch setara dengan yang ditemukan di perlengkapan pemadam kebakaran. Diduga, zat tersebut berasal dari penggunaan fluoroelastomer—jenis karet sintetis yang tahan minyak dan keringat—pada tali jam tangan. “Banyak produsen mengklaim tali mereka menggunakan bahan fluorolastomer untuk daya tahan,” jelas Peaslee.

Metode Pengujian PFAS

Untuk mendeteksi PFAS, peneliti mengukur kadar fluorin pada 22 sampel tali menggunakan teknik spektroskopi emisi sinar gamma. Hasilnya, 15 tali mengandung fluorin lebih dari 1%, indikasi kuat penggunaan fluoroelastomer. Lebih lanjut, analisis senyawa PFAS spesifik mengungkap PFHxA—jenis PFAS yang kurang diteliti—dominan ditemukan pada 40% tali. “PFHxA sulit dideteksi dalam darah manusia, sehingga risikonya mungkin lebih besar dari yang diketahui,” tambah Peaslee.

Meski penelitian tidak menyebut merek smartwatch mana saja yang positif mengandung PFAS, temuan ini menimbulkan kekhawatiran akan keamanan produk wearable technology. PFAS dalam tali smartwatch berpotensi terpapar ke kulit pengguna, terutama saat berkeringat atau terpapar panas.

Imbauan untuk Konsumen

Peneliti mendorong produsen untuk menghindari PFAS dalam produk smartwatch dan beralih ke bahan alternatif yang lebih aman. Sementara itu, pengguna disarankan memilih tali berbahan alami (seperti kulit atau kain) atau mengurangi durasi pemakaian untuk meminimalkan paparan.

Sebagai informasi, PFAS juga ditemukan dalam produk sehari-hari seperti foundation, maskara, karpet, dan kemasan makanan. Studi sebelumnya bahkan melaporkan keberadaan PFAS dalam darah 97% warga AS, menunjukkan betapa luasnya kontaminasi bahan kimia ini.

Pertanyaan dan Jawaban

1. Apakah semua smartwatch mengandung PFAS?

Tidak semua smartwatch mengandung PFAS, tetapi penelitian ini menemukan bahwa 15 dari 22 merek yang diuji memiliki kandungan PFAS yang tinggi.

Baca juga:  Potensic Atom 4K - Drone Ringan Berkualitas Tinggi dengan Harga Terjangkau

2. Bagaimana cara mengetahui apakah tali smartwatch saya mengandung PFAS?

Sayangnya, produsen jarang mencantumkan kandungan PFAS dalam spesifikasi produk mereka. Anda bisa menghindari tali berbahan fluoroelastomer dan memilih bahan alami seperti kulit atau kain.

3. Apa dampak jangka panjang dari paparan PFAS?

Paparan PFAS dalam jangka panjang dikaitkan dengan risiko kanker, gangguan hormon, masalah kekebalan tubuh, dan cacat lahir.

4. Apakah ada alternatif tali smartwatch yang lebih aman?

Ya, alternatif yang lebih aman termasuk tali berbahan kulit asli, kain, atau silikon bebas PFAS.

5. Bagaimana cara mengurangi paparan PFAS dari smartwatch?

Anda dapat mengurangi paparan dengan mengganti tali dengan bahan yang lebih aman, mengurangi durasi pemakaian, dan membersihkan tali secara rutin untuk mengurangi kontaminasi.

Kesimpulan

Temuan penelitian ini memperkuat kekhawatiran terhadap dampak PFAS pada kesehatan. Dengan semakin banyaknya produk yang mengandung PFAS, konsumen diharapkan lebih waspada dalam memilih smartwatch atau perangkat wearable technology lainnya. Meskipun banyak produsen tidak secara eksplisit mencantumkan kandungan PFAS, kesadaran akan bahaya bahan kimia abadi ini perlu ditingkatkan agar industri dapat beralih ke solusi yang lebih aman dan berkelanjutan.

sumber: https://www.kompas.com/tren/read/2025/01/30/210000565/studi-as-temukan-tali-smartwatch-dari-15-merek-mengandung-pfas-pemicu?page=all

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *